Dinda : Undangan ke Surga
Sore ini Dinda pergi mengaji ke masjid yang dekat rumahnya.
Dinda yang memang dikenal aktif itu pergi mengaji sendiri.
Dinda berangkat dengan teman-teman sebayanya yang kebetulan suka bermain bersama.
Pakaian Dinda yang berwarna pink itu semakin membuat manis dan anggun seperti boneka dan bikin gemas bagi yang melihatnya.
Ustadz Sholeh (guru ngaji di masjid tempat Dinda belajar ngaji) dan teman-teman lain sudah menunggu dari tadi di dalam masjid Al-Falaq.
Jam sudah menunjukan pukul 15.30 sore setelah selesai sholat Ashar waktunya pelajaran mengaji dimulai.
Anak-anak didik Ustadz Sholeh duduk rapi membentuk lingkaran.
Ustadz Sholeh memulai ceramahnya.
"Assalamu'alaikum Wr. Wb."
"Wa'alaikumsalam Wr. Wb." jawab serempak peserta mengaji sore itu.
"Allah mengajarkan kita untuk saling berbagi,"
"untuk saling membantu,"
"untuk saling menyayangi satu sama lain."
"..."
Anak-anak diam mendengarkan Ustadz Sholeh berbicara,
tapi tidak buat Agil (teman sekaligus tetangga Dinda yang dikenal bandel gak disekolah, dirumah dan di tempat mengaji)
Agil sibuk menggoda dan mengganggu teman di sebelahnya (Doni).
Dengan senang dan semangat Agil memegang-megang telinga Doni dan sesekali menyembunyikan tangannya di balik tubuhnya agar tak diketahui oleh Doni.
hal itu dilakukan Agil berulang-ulang tanpa ketahuan oleh Doni.
Doni lambat laun kesal dengan tingkah Agil.
Ia pura-pura memperhatikan Ustadz Sholeh yang sedang ceramah sambil mengintai pergerakan Agil.
Dinda asyik mendengarkan ceramah pak Ustadz yang ganteng itu.
"Blaakkghh..."
Tangan Agil tercengkram oleh Doni.
Mata Doni membelalak, menatap Agil tajam, seakan penuh nafsu untuk membalas.
Sementara itu Agil berusaha menarik tangan dari cengkraman Doni yang kencang tapi usaha itu sia-sia.
Ceramah Ustadz sholeh terganggu melihat kegaduhan dikelasnya mulai mengendalikan situasi.
"Agil...Doni...sedang apa kalian?"
Agil dan Doni diam dan keduanya menatap Ustadz Sholeh kebingungan.
Keduanya diam, tanpa ada suara dan tidak bergerak.
Sekian lama hening Ustadz Sholeh angkat bicara.
"Kalian ini kenapa dari tadi becanda terus, kalau mau bermain nanti setelah mengaji ini selesai"
"mengganggu teman-teman kalian saja"
"Ma...af Ustadz" jawab keduanya kompak.
"Kami tidak akan ulangi lagi" Doni meneruskan kalimatnya.
"Iiii...ya Ustadz, tidak akan kami ulangi" tambah Agil.
Keduanya diam dan menundukan kepala tidak berani menatap pandangan Ustadz Sholeh.
Teman-teman yang lain pada cekikikan sambil menutup mulutnya dengan tangan.
Dinda pun tak kalah heboh dengan temannya lalu spontan nyeletuk kepada Agil dan Doni :
"Hihihihi...makanya kalo Ustadz lagi ceramah itu dengerin, jangan brantem mulu, diomelin kan jadinya....heheheh...."
Melihat tingkah Dinda, Agil langsung naik pitam dan berusaha melawan celoteh Dinda.
Tapi niat itu diurungkan setelah melihat tatapan mata Ustadz Sholeh kearahnya.
Dinda masih mengejek Agil dan Doni.
Ustadz Sholeh masih meneruskan ceramahnya.
"Nah anak-anak, kalau kita diundang oleh sesorang hendaklah harus datang"
"apapun yang terjadi diusahakan untuk datang, karena itu merupakan salah satu menuju surga"
"Walaupun kita sakit Ustadz, harus datang?" tanya Dinda.
"Iya..." jawab Ustadz Sholeh sambil ngangguk dan senyum menawannya
"biarpun kita sakit, kalau masih bisa jalan usahakan untuk datang" lanjut Ustadz.
"...." Ustadz Soleh melanjutkan ceramah.
Waktu hampir Mahgrib, Ustadz Sholeh mengakhiri pertemuan itu dengan doa.
Tak lupa pak Ustadz memberikan sebuah undangan yang ditujukan kepada orang tua murid untuk menghadiri pengajian memperingati hari besar agama Islam.
"Jangan lupa nanti undangan ini berikan ke orang tua kalian"
"Iya Ustadz" jawab serempak anak-anak.
Selepas sholat mahgrib berjamaah Dinda pulang bersama Doni.
Dirumah Dinda langsung memberikan undangan itu ke Ibunya (Luna).
"Bun...bunda..."
"Iya sayang"
"Bunda dikamar"
"Bunda lagi ngapain? kok gak pake baju?"
"Bunda mau ganti baju sayang, habis mandi" jawab Luna sambil mengecup kening dinda.
"Bun...dapat undangan nih dari ustadz Sholeh"
"Undangan apaan sayang" Luna mendekati Dinda sambil memeluk Dinda.
Dinda sibuk mengambil undangan dari dalam tas.
"Ini Bun, undangan masuk surga-nya"
Luna terdiam dan melongo melihat undangan yang dikeluarkan oleh Dinda kemuadian ketawa gemas sambil memeluk Dinda.
Ternyata undangan yang diberikan oleh Dinda tersebut adalah undangan pengajian yang harus diikuti oleh orang tua murid.
Anak kecil memang lucu dan menggemaskan tapi kadang juga bikin ....