Monday, October 29, 2012

Ini Ceritaku Apa Kisahmu: Cerita Cinta

Ini Ceritaku Apa Kisahmu: Cerita Cinta: aku gak ngerti apa itu cinta. yang aku tahu cinta itu buta bisa datang ke siapa saja dan kapan saja tanpa memperdulikan bagaimana kondisi...

Cerita Cinta

aku gak ngerti apa itu cinta.
yang aku tahu cinta itu buta
bisa datang ke siapa saja dan kapan saja
tanpa memperdulikan bagaimana kondisi yang ada
banyak orang yang bilang cinta itu tak berwujud dan tak berbentuk,
tapi cinta itu tumbuh dengan sendiri dan hanya bisa dirasakan di hati.
aku masih bingung dan bingung tentang cinta itu.
tapi lambat laun...
itu bisa meluluh lantahkan hati dan perasaannku.

sejak pertama bertemu tak ada getar terasa,
kosong...
hampa...
kian lama-kian intensif komunikasi yang kita buat
mulanya hanya sekedarnya
menjerus ke perasaan yang tak tahu tempat singgah
hingga bersandar dihati yang kosong dan sunyi.

ingin rasanya berteriak memanggil nama-mu
dengan kencang, sekencang roket luar angkasa,
dengan keras, sekeras suara terompet Sangkakala
yang akan melululantahkan semua yang ada disis hatimu.
komunikasi yang sering kita lakukan telah membuat noda dihati
noda yang tak kan hilang dan akan tetap dihati
yang telah membekas sebuah nama dahatiku yaitu nama-mu.

aku sadar akan khayalku yang tak kunjung padam,
selalu ada disampingmu,
menemanimu sepanjang waktu,
membantumu sekuat tenaga ku,
hingga kau lelah untuk menerimaku apa adanya,
dari segala kekuranganku,
dari segala kebodohanku,
dan segala kepalsuanku,

berharap ini bukan perasaan semu,
yang akan membuat kisa kelabu
antara aku...
dan kamu...

sendiri ku merenung dibawah sinar bulan
ditemani sang bintang

aku perfikir...
pantasakah aku menerima ini
menerima perasaan ini
apakah kau juga merasakannya
berhari-hari aku dibuatnya bingung
tentang apa yang ada dihati...

aku bangkit dari khayalku
mencoba untuk menjalani takdir ini
menerima apa yang telah tertulis
dan apa yang akan terjadi

hari berganti hari,
bulan ikut berganti
tapi bayang mu tetap dihati
menyelimuti nurani

aku terjatuh dalam perasaan
yang tak tahu dasarnya

aku takut...
aku takut ini hanya iklan,
yang penuh bujuk rayu
dan aku jadi korbanya

tapi...
bayangmu selalu ada dalam mimpi dan hariku
kau nampak indah dan cantik
dengan senyum manis mu

maaf...
bukan nya aku tak berani...
bukan nya aku pengecut...
bukan nya aku munafik,
tapi,
aku belum siap,
belum kuat,
belum ... belum ... dan belum...

aku harap kau mengerti
apa yang aku lakukan

kata cinta memang belum terucap dibibir
tapi...
rasa sayang telah tertanam dihati
dan kulakukan sepenuhnya untukmu,

kita jalani kisah ini
dengan penuh kegembiraan

dan penuh kebahagiaan

berharap kau tak kan lelah dengan situasi ini
selalu ada dan akan tetap ada
disaat suka dan duka
aku juga akan berusah
akan selalu ada dan akan tetap ada
disaat kau suka cita
disaat duka lara menimpamu

aku bukan pujangga cinta
yang pandai buat puisi untuk menyatakan cinta
atau pandai bersifat romantis
aku tak bisa merayumu dengan kata-kata gombal
aku tak bisa rimantis dengan memberimu bunga mawar seperti film-film bertema cinta
yang aku bisa hanya memberimu perhatian lebih
dan sayang ku hanya untukmu
jangan kau harap lebih dariku
aku tak bisa beri cincin permata atau harta berlimpah
aku hanya orang miskin yang kaya akan cinta dan kasih sayang...

tapi aku percaya cinta itu Murni dan Suci

sekelumit kisah cinta teman & sahabat...

Tuesday, October 9, 2012

Dinda : Burung Kakak

Di suatu sekolah Taman Kanak-kanak.

"Selamat Pagi anak-anak"
"Selamat pagi Bu Guru......" jawab serempak semua murid kanak-kanak.
"Hari ini kita akan belajar bernyanyi"
"Hore...hore...hore..."
"Siapa yang mau bernyanyi dengan Ibu Guru? Siapa hayo....?"
"Saya...saya...saya..."

Suasana jadi gaduh seperti pasar pagi yang diserang oleh ibu-ibu,
suara ada disana-sini,,,menyanyi seadanya dengan lafal kurang jelas
ada yang nyanyi sambil teriak-teriak
ada yang nyanyi dimulut saja
ada yang diam sambil senam bibir siap mengeluarkan teriakan dahsyat dan hujan air mata.
ada juga yang diam terbengong melihat tingkah dan kelakuan aneh dari teman-temannya. Sebut saja namanya Dinda, anak perempuan yang pendiam, mudah bergaul serta cerdas.

Ibu guru yang penyabar siap beraksi seperti pahlahwan bertopeng yang keluar untuk menyelamatkan bumi.

"OK anak-anak, siapa yang mau bernyanyi duluan?"

suara bu guru lenyap ditelan suara anak-anak

Dengan sikap tegas dan sabar tentunya bu guru siap melontarkan suara emas 19 karat yang dimilikinya.
Bu guru bernyanyi dengan santai dan diikuti oleh anan-anak didekatnya yang sedari tadi telah memperhatikan, lambat laun pasar pun mulai surut dan para pedagang telah pulang karena dagangannya sudah laku diborong pembeli.
Anak-anak terpaku mendengar suara bu guru dan mulai mengikuti alunan suara bu guru dan bernyanyi bersama.

"OK, sekarang giliran Dinda untuk nyanyi maju ke depan" seru Bu Guru.

Dinda beranjak dari tempat duduk dan maju kedepan sambil menebar senyum manisnya ke pada teman-temannya.

"Dinda mau nyanyi apa?" tanya bu Guru.
 "Din...da...mau nya...nyi..." jawab dinda sambil memikirkan lagu yang mau dinyanyikan.

bu Guru sabar menanti jawaban Dinda diikuti rasa penasaran oleh teman-teman Dinda.

"Din...da mau nyanyi 'Burung Kakak Tua' bu Guru"
"Ya, silahkan Dinda"

suara merdu Dinda keluar dan diikuti oleh teman-temannya


Burung kakak tua
Hinggap di jendela
Nenek sudah tua
Giginya tinggal tua
 
Trek-jing … trek-jing …
Trek-jing tra-la-la

Trek-jing … trek-jing …
Trek-jing tra-la-la


Trek-jing … trek-jing …
Trek-jing tra-la-la
Burung kakak tua

Suara tepuk tangan mengiringi akhir lagu Dinda

"Bu Guru, Dinda punya lagu baru nih"
"Lagu apa Dinda?" Bu Guru penasaran
"La...gu burung kaka saya Bu Guru"
"Oh ya...?"
"Silakan kalau mau nyanyi lagi." kata bu Guru

Dinda mengangguk-angkuk dan siap untuk bernyanyi lagi

Burung kakak saya
Lebat sekali bulunya
aku tak percaya
gede banget burungnya

Kata ibu saya
Itu miliknya
Ayah juga punya
hitamlah warnanya

Dinda senyum kegirangan setelah menyelesaikan lagunya.
Disambut suara tepuk tangan dari temen-temen Dinda serta sorak-sorak khas anak kesil menggema di ruangan kelas.
Bu Guru diam tertegun dan menggelengkan kepalanya karena aneh melihat Dinda menyanyikan lagi yang sedikit berbau porno tersebut.
Bu Guru yang penyabar itu mulai bertanya kepada Dinda.

"Dinda lagu apa yang dinyanyikan barusan"
"Lagu ciptaan Dinda Bu Guru, di batu sama kakak Dinda kemaren"
"Kakak Dinda?" Bu Guru kaget.
"Iya...kemaren hari minggu Dinda ikut kakak ke pasar burung"
"banyaaakk...banget burung disana Bu Guru"
"Ada yang hitam, hijau, coklat, yang merah juga ada Bu"
"Terus kakak beli yang warna hitam, sama kayak punya ayah juga hitam"

Bu guru hanya bisa diam berjuta bahasa, karena telah berprasangka negatif pada anak sepolos Dinda.