"Bludg...Daarrrr..."
"Kkrrsss...Ssrrrr..."
"Ahh...lega..." seru Ano.
"Kenapa loe No?" tanya gue.
"Perut gue mules nih" sambil usap-usap perut "dari tadi brontak mulu"
"Diobatin dong, ambil di P3K" seru gue
"Udah 3 butir tadi, gak nendang"
"Sini gue tendang" semangat empat lima gue membahana bangkit dari kursi dengan posisi kuda-kuda
"Ah gila loe, temen lagi susah malah di kasih bonus" Ano menggerutu dengan posisi siaga
"hehehe..." suara cekikian dari beberapa temen kantor.
Ano ngeloyor duduk di kursi kerja sambil menahan perutnya yang masih menggelar konser ekslusif.
"Blkghhhh..." Ano lari ngibrit ke toilet lagi, menggemparkan seisi kantor.
Udah sekian kali Ano keluar masuk toilet, gak bisa dihitung dengan jari kaki lagi
Jam pulang kerja sebentar lagi, Ano masih terbelit dengan masalahnya.
"To, gimana nih pulangnya, gue gak mau ntar keluar dijalan" tanya Ano.
"Terus gimana dong apa mau nginap aja dikantor?" jawab gue sok bijak
"Jiah, enak aja loe, ntar ditemenin mbak kunti, hii...atut!"
"so..." jawab gue datar serasa gak berdosa
"dasar dungu...disuruh nyari solusi malah belaga bego" bentak Ano sambil nonyo kepala gue
"tunggu bentar lagi nyari wahyu nih" jawab gue sambil kedua tangan di kepala menjadi radar
"hei...perut gue once, malah becan...da..." Ano terbata-bata sambil ngibrit ke toilet
selang beberapa waktu dan Ano kembali dari berburunya
"Udah ketemu belom?" Ano penasaran
"Aha..." gue senyum-senyum sendiri ngebayangin ide gue yang jenius
"malah senyum-senyum sendiri, saraf loe"
"Udah dong..." gue masih senyum geli
"apaan, buruan bilang" Ano semakin penasaran mendekat ke gue "jangan yang aneh-aneh ya, awas"
"Mau di kasih tahu gak, kalo gak ya udah, selamat berjuang sendiri" gue mencoba jual mahal dan hati gue ketawa geli
"ya udah apaan?" pinta Ano memaksa
"Sabar-sabar" gue beranjak dari tempat duduk meninggalkan Ano
langkah gue menuju lemari persediaan barang dan minta barang yang gue maksudtersebut ke petugas jaga
tapi petugas itu kaget dan sempat shock hinga tak bernapas,
gue beri nafas buatan beraomakan pete dan jengkol, belum sempat nempel petugas itu sudah siuman duluan sambil muntah-muntah
Gue samperin Ano sambil ngasih benda yang gue maksud.
"Gila loe, emang gue cowok apaan?"Ano nyemprot gue "disuruh pake pembalut cewek!" darah Ano udah mulai diubun-ubun.
"ya..ini solusinya kalo mau pulang biar gak kemana-mana" jawab gue santai sambil naruh pembalut ke tangannya.
Ano masih bingung dengan benda yang ditangannya.
"Tetthhh....Tettthhh...Tettthh..." bunyi bel kantor.
karyawan sudah mulai meninggalkan ruangan.
Ano masih duduk di kursinya.
"Duluan ya Ano..." sapa gue sambil berlalu.
"iya..." jawab Ano datar
Next Day...
"Gimana misinya sukses?" sapa gue
"Sukses apanya, sakit dudul" Ano mengadu
"Lha kok bisa!" gue pasang muka kepo "tinggal taroh doang, beres"
"itu...itu..."Ano mulai ragu
"Itu...itu..., ngomong yang jelas, nggak ngerti..."
"rambut kemaluan gue nempel ONCE..." Ano menjelaskan sedikit malu
"Wkwkwk...kok bisa, hahahah...." gue spontan gak bisa nahan tawa
"pelan-pelan, gue malu dudul" Ano berusaha membungkam mulut gue pake sendal
"hahahah...." gue masih ketawa sambil loncat jumping
"kemaren gue pake tuh pembalut sialan, perekatnya gue lepas"
"terus" gue penasaran
"gue nempelnya keatas, nempel semua rambut gue" muka Ano kemerahan
"hahahah...dasar, saraf loe" gue masih jingrak-jingkrak
"Plughhh...." dengan sukses Ano melempar buku setebal tembok China ke pala gue.
Do You Want A Try....
No comments:
Post a Comment